Rabu, 27 April 2011

Suatu Waktu, Pada Isyarat yang Meragu.

selalu saja saat subuh engkau berlabuh. menancapkan colokanmu pada stopkontak yang diperebutkan oleh kabelcharger, kulkas, magicjar, lampubelakang, dan tagihan hutang.

selalu saja engkau datang saat rokok terakhirku setengah matang: menyisakan resah yang semalam kedinginan memeluk remote tivi. menjelang hisapan penghabisan, engkau lalu menyalakan kompor dengan gas yang terbatukbatuk.

"semakin jauh engkau menghindariku, semakin dekat aku pada ragu. membuatmu beku."





indramayu, 27 april 2011

Selasa yang Merindukan Senin.

kepalaku masih menempel pada sabtu saat engkau tersenyum minggu, melewati rabu dan membuat jumat malu.



indramayu, 27 april 2011

Senja Luka.

sore ini senja terluka oleh sengatansengatan sunyi yang sekian lama membeku di kulkasingatan. ia baru saja melangkah ke luar rumah memasuki jalanan panjang, sebelum kemudian berdarah. tepat di wajah.

dengan marah, senja akan mengadukan sunyi pada malam yang sebentar lagi kembali. ia bukan saja akan menangis, tapi juga akan menghamburkan sebagian resahnya—yang sedari tadi dijinjingnya dalam tas merah menyala.

tapi sunyi tak ingin berdiam diri. ia ingin merayakan kehangatan malam dengan lampuhitam. ia pun tak berhenti menyerang senja yang semakin luka.

luka senja semakin menganga seiring sore yang beranjak tua. dan ia tetap mencoba berjalan, hingga sampai pada malam—sebelum sunyi semakin menggigit kelam dan menenggelamkan segala yang kalam. bersama keremangan, ia sempat mengingat bahagia—berusaha dengan keras. "ah, bahagia memang jarang berlamalama tinggal di kepala. ia memang tak pantas diingat—lebih layak untuk dipahat."

langkah senja semakin berat, sebagaimana matanya yang semakin penat. "aku cuma tak ingin berkarat."


indramayu, 06 november 2010

Orang Asing di Negeri Yang Asing.

Lemarikaca mendapati diriku terkulai sunyi, di depan parade orang mati. Aku pun tersenyum, melihat TV berseragam polisi. Menjadi kyai.


Indramayu, 20 Agustus 2010

Lelaki yang Membawa Hujan.

kipasangin masih bertiup rintikrintik saat aku terjaga dari kalimatkalimatnya yang menggoda. aku melongok sebentar ke jendela pikiranku, "tak ada kabarburuk yang mampir." persis setelah menghela nafas terakhirku, aku terkejut ketika tibatiba air mulai mengganjili rasakhawatirku. lelaki itu ada di sini. aku selalu tahu gentenggenteng tak akan mampu menghalangi hujan yang dibawa dirinya untuk menerobos diriku. karenanya juga aku membiarkan rumahdiriku beratapkan kemungkinan. toh tak ada gunanya melawan harapan.

setiap kali lelaki itu datang, hujan tampak tak pernah malumalu melumat apa pun yang ada di diriku. untungnya, tak pernah ada oranglain yang pernah merekam kejadian itu, selain tanggalan merah bergambar awan yang sedang menggulung kasur.


akhir 2010, belum selesai.

Sabtu, 02 April 2011

Sepasang Duka yang Tak Luka.

: ode untuk nenek

Serasa dipeluk dipan dan almari, aku memasuki rambutmu yang terbujur kaku: tenggelam dalam ninabobo yang kian malam.


Terbenamlah, agar tak lagi lelah.



Indramayu, 02 April 2011

Nadir yang Menyihir.

Kipasangin merinding menatap balingbalingnya menggelinding. ketakutan pun semakin merayap. Lalu menggeriap dan kalap. Gelap.

Tak ada yang diam.


Ciputat, 18 Maret 2011