Minggu, 16 Desember 2007

Dengar Dirimu Tertawa.




Terucap salam bagi siapa pun yang mendendam: dosa ini akan selalu basah.

Dengar dirimu tertawa, dan biarkan rasa sakit membuatmu menjadi lebih kuat. Untuk rindu dan cinta ini.”

Pisau mengerjap, membelah cahaya dari keremangan malammalam tanpa fasilitas imajinasi. Terlebih dahulu memberi senyum, melafalkan tawatawa menjadi untaian demi untaian cerita tanpa tanda di sekitaran luka. Lelah mulai rebah. Akarakar yang biasanya terinjak mulai berkelakar memenuhi ronggarongga yang lapar.

Dunia apakah ini, di mana aku hanya dapat merasa damai ketika bola mataku putih oleh letih?”

Langit tak selalu menjadi kutuk. Apa saja yang telah kau lakukan dalam barisan katakata dan derap langkah yang tak kunjung pecah? Sebab hidup telah menjadi trend yang absurd—sekedar menatap bayangnya pun serasa telah memeluknya ribuan siang.

Akh, engkau tetap saja ceria, meski artefakmu sendiri menuju retak—statis tanpa mencoba menangkap setiap ucap yang meresap dan setiap jawab yang menguap.

Selamat malam…

Tidak ada komentar: