Kamis, 15 September 2011

Merah yang Berdarah.




Pintupintu tertutup rapat, aku bahkan tak sempat mengumpat. Tianglistrik yang sore tadi berdiri tegak mulai menguap. Keberanianku pun mengantuk—sejenis rasamanis yang mengiris.

"Sungguh, kehilangan kemampuan mencinta adalah bayangan yang mengerikan."

Aku terhenyak. Sejenak, aku membiarkan resahku tanak. Dengan langkah sesak aku memecahkan jendela yang bersuara serak: memasuki api diriku sebelum kaku mendahului ruangtunggu.




Bekasi, 17 Agustus 2011

Tidak ada komentar: