Pintupintu tertutup rapat, aku bahkan tak sempat
mengumpat. Tianglistrik yang sore tadi berdiri tegak mulai menguap. Keberanianku
pun mengantuk—sejenis rasamanis yang mengiris.
"Sungguh,
kehilangan kemampuan mencinta adalah bayangan yang mengerikan."
Aku
terhenyak. Sejenak, aku membiarkan resahku tanak. Dengan langkah sesak aku
memecahkan jendela yang bersuara serak: memasuki api diriku sebelum kaku
mendahului ruangtunggu.
Bekasi,
17 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar