Sabtu, 12 April 2008

Laci Ingatan.




Aku berlari menuju laci ingatan, membukanya dengan ketergesaan pekerja yang terlambat terjebak macet. Dengan satudua tangan sekaligus, aku mengacakacak isinya dan menemukan sepucuk tandatanya terselip di antara kenangan. Seperti api yang luruh di hadapan air, aku tak mampu berreaksi: tak kutemukan apaapa. Masih mematung, aku mulai mendengar gemuruh mendekatiku dengan kecepatan benci yang tak terfilter. Aku dipaksa diam! ketidaksadaran mulai menyusun langkahnya yang tenang dengan pisau terhunus di tangan kanan dan bensin di tangan kiri. Mataku tak mampu lagi melihat meski ia tak terpejam. Merangkak mengendap ia mencoba memprovokasi kalap untuk disingkap. Aku kehilangan beratbadanku. “Jiwaku takkan mampu kau semayamkan.” Tak kutemukan luka membungkusku. Lalu entah, aku telah terbujur pada segitiga yang mengkafaniku. Dalam tanya yang membunuhku dengan tanya.


Rabu, 10 Oktober 2007

Tidak ada komentar: