Jumat, 26 Oktober 2007

Fragmen Ingatan.


Purnama menelantarkanku

Pada sunyi yang menjeritjerit

sebuah ingatan tentang malam

sebuah ingatan tentang tubuh

sebuah ingatan tentang janji

sebuah ingatan tentang hidup

Ah, kau bisa romantis juga.”

Setiap yang menyerah selalu terdengar romantis.”

Ceritakan padaku tentang tidurmu.”

Tak bisa. Aku tak sedang menggenggamnya.”

Aku ingin sekali membuat jendelamu bersinar.”

Apa ini, parade kesempurnaan?”

Bukankah setiap orang selalu ingin tampak sempurna?”

Jemputlah kematian!”

Apa...?”

Ia adalah titik akhir dari semua yang pernah kita ketahui.”

Kau merindukanku!”

Wanita selalu bisa melihat yang tak terlihat.”

Katakan!”

Karena aku sudah pernah merasakan bahagia dan derita; semuanya tampak terbuka.”

Itulah gunanya teman; hidup.”

Tidak ada komentar: