Rabu, 20 Agustus 2008

Menghirup Hidup

Si Merah sedang berwarna ungu, tadi malam yang haru. Pada alisnya terdapat rumput hijau ngelangut—membawa laci kenangan yang sempat berkarat. Mungkin ia ragu membukanya. Tapi mungkin dirinya telah ditelan tandatanyatandatanya yang subur dalam kelembaban alis berumput hijau.
Ia telah seumuran lumut di mulut katakata. Menggemari ketakutan hanya karena ketakutan adalah tempat sunyi yang bisa membuatnya menjadi besi. Sejak VCD bajakan menempati ruangruang kantongnya, ia jarang sikat gigi saat pergi mengaji. “Orang perlu mencinta untuk hidup,” katanya, sebelum jemarinya berujar, “orang perlu berjuang untuk mencinta.”
Saat matahari berjanjak lari, ia memilih masuk lemari. Tidak. Tidak. Aku tahu betul ia tidak takut menghujani siang dengan erang. Ia hanya memerlukan sejenis inspirasi di hari kamis untuknya terjaga berjamberjam kemudian. Di suatu tempat bersegi empat, ia akan menjagai tubuhnya dari pudar yang mengejar, sampai si Merah berpusar di antara jera untuk kembali merasa.
“Sebab ungu tak perlu menjadi biru untuk terus melaju.”
Di bawah trotoar: pantai!

Kaliandra, 14 Juli 2008

Tidak ada komentar: