Kamis, 27 Mei 2010

Kemarau Dalam Penanda Hujan.

hujan kembali menghujam. menderas dalam raut gelisah kita yang hampir saja kehilangan aras. tak berhenti di situ, hujan juga menandai genangangenangan resah yang tersumbat sampah: tak ada lagi senja apalagi paradepelangi.

"anjrit! eh, asal tahu aja yah aku sayang banget ma tarian dalam perutku!"

"aku menyayangi sesuatu yang terbentuk lewat kawat apalagi jejakjejak yang berserak."

"aku butuh waktu melepas peluh."

sepertinya 24 jam sehari tak cukup bagi mulutmulut kita untuk bercerita. tangan kita kelu. kakikaki kita berat beranjak mendengar berita cuaca yang memenuhi kaca. kita terlalu sibuk pada masa depan yang belum lagi tertulis: ada senyum yang membujur mati dalam diriku dengan mata membeku. pada catatan di talijemuran dalam kainkafannya tertera penanda yang kemarau.

"kamu sama sekali ga sensitif!"

aku menatap kata yang yang dititipkan hujan pada banjir: kali ini aku yang akan mengungsi.



porong, 05 maret 09

Tidak ada komentar: