Kamis, 27 Mei 2010

Teh Untuk Kita, Yang Meleleh.

masih hangat uap yang meresap dari jemarimu yang atraktif memainkan sendok. gula masih tersisa di selasela senyummu. segelas teh untuk kita pada sebuah senja. juga sepiring katakata sebagai camilan pembuka obrolan.

"sepertinya mau hujan," katamu, "nafasku mulai gelap."

sebentar aku menoleh pada suaramu, meyakinkan tak ada gentenggenteng yang bocor. lalu aku menurunkan kerai perlahan, sambil menyeka gemetar pada mataku.

"jangan nyalakan lampu. biarkan saja gulita menopengi kelamku," tambahmu.

lalu sedusedan itu, menggenangi kursi yang kita duduki. aku mulai kedinginan. angin memantulkan airmatamu pada lampugantung yang tampak buntung. perutku mengeluh, dipenuhi peluh sambil merayap mencari gagangkunci di pintu keluar yang terkunci bisumu.

segarpu tandaseru pecah. berserakan menghampari larutanlarutan fonetik yang lindap menghampiri. hujan masih terus mengejan.

di teras depan, teh untuk kita berdua mulai meleleh tanpa sempat bibir kita saling menoleh.


porong, 25 jan 09

Tidak ada komentar: