Kamis, 27 Mei 2010

Melampaui Kematian.

Aku tampak lelah, tak lagi berumah. Genteng terakhir telah berguguran dalam diam; memasuki tanah tanpa sempat mengucapkan resah, juga airmata yang gelisah. Perjalanan selalu saja meninggalkan kesan yang seringkali tak terprediksi. Di suatu titik tibatiba diberhentikan paksa, harus setor pungli. Pada titik yang lain bisa tampak sangat menawan dengan geliatgeliat karat yang juga tak luntur disengat. Begitu panjang deretan kejang. Begitu risau tubuh mendesau.

Kisah ini mungkin tak berbeda dengan kisah ribuan lelaki penyangga malam lainnya. Tak ada penyesalan. Buat apa? Hanya kali ini, aku tak lagi berumah. Melangkah lelah. Dengan telinga kiri sebagai pembaringan terakhir menuju stasiun entah. Hidup terus berjalan, terutama setelah melalui dusta. Dalam parade kebenaran dan kesalahan sekelebat senyum pada wajahku membisiki pipi kanankiriku.

"Besok adalah ladangladang kemungkinan, tak perlu takut terseok."


.: Porong, 28 Mei 2010

Tidak ada komentar: