malam terpendam. orangorang saling melempar senyum, menikam.
"tak ada apaapa di luar sana."
sangkalala akan tetap memburu seperti kamu yang terburuburu mengepaki haru. tawa memang menu yang menarik, mungkin - di tengah kata yang tercekik lalu dicabik sekelumit sengit pada saat kau mengejang. siapa bilang kita sedang merayakan kebaruan? tidak... tidak! aku tidak sedang mengutuki paranoia uban pinggiran urban. apalagi ingin memasukkan catatancatatan melelahkan ke dalam mesincuci. tapi lihatlah imaji yang terpancang tinggi: matanya begitu jalang menyala pada sepi yang kamu pikir wajib diresapi.
"aku hanya ingin menggenggam jemarimu. itu saja."
jogja, 1 jan 09
Kamis, 27 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar